//
|
Tuntutan era globalisasi Konteks globalisasi informasi tidak terhindarkan dalam kebijakan yang terkait dengan tata kelola (governance) kelembagaan. Informasi-informasi yang terkait dengan kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan dalam pengembangan SMK Negeri 2 sawahlunto harus secara serta merta menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan perubahan masyarakat lokal dalam prospektif global yang serba cepat pula.
|
Kaidah think globally, act locally adalah salah satu cerminan tentang bagaimana informasi di kawasan dunia dan antar negara memiliki peluang yang sangat cepat untuk merubah perilaku budaya lokal setempat melalui penetrasi informasi. Kehadiran Website SMK 2 sawahlunto diharapkan dapat menjawab tuntutan ini, yang menjadikan informasi sebagai sumberdaya percepatan penyebaran informasi antara SMK Negeri 2 sawahlunto , dengan Stake holder, Dunia Usaha/ Industri dan pelanggan lain dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Karena obyek pembangunan SMK negeri 2 sawahlunto adalah peserta didik, maka informasi yang disampaikan juga harus merupakan media komunikasi yang mengandung makna pendidikan dan pembelajaran, sehingga perubahan perilaku yang diakibatkannya merupakan perubahan perilaku kolektif sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Untuk menjawab tantangan inilah laman www.smk2 sawahlunto.org diupayakan menjadi salah satu sumber informasi pendidikan dan pembelajaran, yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam merubah perilaku peserta didik sebagai anak bangsa, harapan orang tua, harapan bangsa dan negara, sehingga memiliki perilaku membangun yang sarat dengan pengetahuan (knowledge based society).
Semoga.
Kepala SMK Negeri 2 Sawahlunto
Drs. Hibban, M.pd
|
|
Bagaimana Menjadi Guru Inspiratif |
Ada artikel yang menarik yang ditulis oleh pakar manajemen Rhenald Kasali pada harian Kompas terbitan tanggal 29 Agustus 2007 dengan judul GURU KURIKULUM DAN GURU INSPIRATIF. Kutipanya yaitu : “Ada dua jenis guru yang kita kenal yaitu guru kurikulum dan guru Inspiratif. Guru kurikulum sangat patuh pada kurikulum dan merasa berdosa bila tidak bisa mentransper semua isi buku yang ditugaskan. Ia mengajarkan sesuatu yang standar (habitual thinking) dan jumlahnya sekitar 99%. Sedangkan guru inspiratif jumlanya kurang dari 1%. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum tetapi mengajak murid-muridnya berfikir kreatif (maximum thinking). Ia mengajak murid-muridnya melihat sesuatu dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam lalu membawa kembali keluar, ke masyarakat luas. Guru kurikulum melahirkan manajer-manajer handal, guru inspiratif melahirkan pemimpin-pembaru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan lama.”
|
Selengkapnya... |
Bagaimana Menjadi Guru Berprestasi |
Seleksi guru teladan (guru berprestasi istilah saat ini) sebenarnya merupakan ajang melihat dan refleksi diri bagi para guru. Kadang seorang guru telah merasa dirinya sudah paling bagus, paling super, paling berhasil dalam mengajar diantara teman teman di sekolah di mana guru tersebut berada.
|
Selengkapnya... |
|